Site icon Kampussemarang.com

PENTINGNYA ETIKA, MORAL DAN AKHLAK DALAM KEHIDUPAN

Opini

 

Oleh : H. Suparno, S.Ag. M.S.I

(Dosen Fakultas Psikologi Undip)

 

AKHLAK mahmudah/baik merupakan sebuah keniscayaan bagi setiap manusia, namun pada kenyataannya karena banyak manusia yang hidupnya didominasi oleh bisikan hawa nafsu maka kadang untuk mewujudkan cita citanya kadang melupakan etika, moral dan akhlak. Bahkan banyak orang yang berkata agar menjunjung tinggi akhlak, namun dia sendiri malah melanggarnya. Akhlak menurut Prof. Dr. Ahmad Amin adalah kehendak yang dibiasakan atau membiasakan kehendak. Kehendak adalah menangnya keinginan setelah bimbang, sedangkan kebiasaan adalah sesuatu yang dikerjakan berulang ulang sehingga mudah untuk mengerjakannya. Atau bisa dikatakan juga kebiasaan adalah segala sesuatu yang dikerjakan berulang ulang yang tidak ada keterpaksaan padanya sehingga tanpa membutuhkan pertimbangan yang panjang.

Akhlak merupakan manifestasi atau perwujudan aqidah seseorang, oleh karena itu baik buruknya aqidah dapat dilihat sejauh mana kebaikan akhlaknya. Akhlak dikatakan sebagai manifestasi aqidah/iman karena indicator iman itu harus mencakup tiga hal, yaitu keyakinan hati, ucapan lisan dan pembuktian berupa amal perbuatan. Sedangkan wujud iman yang sesungguhnya adalah terletak pada perbuatannya.

Secara Bahasa, akhlak adalah istilah Bahasa arab yang merupakan bentuk jamak dari khuluq atau khulq yang berarti tabiat, budi pekerti, kebiasaan atau adat, keperwiraan, kesatrian, kejantanan dan agama. Kata akhlaq berakar dari khalaqa yang berarti yang diciptakan dan khalq (penciptaan). Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya perpaduan antara kehendak Khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluk (manusia). Akhlak bisa dimaknai sebagai tabiat, budi pekerti, kebiasaan yang dimiliki oleh seseorang. Sebenarnya kata akhlak itu sendiri tidak kita jumpai dalam alquran namun yang kita jumpai adalah kata mufradnya yaitu khuluq, itupun hanya disebutkan dua kali dalam al-Quran yaitu pada al-Quran surat ke (26 : 137 dan 68 : 4). Walaupun demikian dalam al-Quran tidak kurang dari seperempatnya berisikan tentang ajaran-ajaran akhlak.

Sedangkan secara istilah menurut Prof. Dr. Ahmad Amin dalam bukunya “Risalatul Akhlak, akhlak adalah Kehendak yang dibiasakan atau membiasakan kehendak”. Dalam hal ini yang dimaksud dengan al-‘Adah/kebiasaan adalah suatu pekerjaan yang dilakukan berulang ulang dengan syarat :

1. Kecenderungan hati padanya (tidak ada paksaan).

2. Tidak memerlukan pertimbangan yang panjang (njlimet) karena sudah menjadi kebiasaan.

Adapun yang dimaksud dengan al-iradah/kehendak adalah menangnya keinginan setelah bimbang. Proses terjadinya iradah adalah sebagai berikut:

1. Timbulnya keinginan karena adanya stimulant dari panca indera.

2. Terjadi kebimbangan mana yang harus dipilih padahal harus memilih salah satu di antaranya.

3. Keputusan yang diambil untuk memilih dari beberapa pilihan tersebut.

Sementara yang dimaksud dengan etika adalah sebuah kata yang berasal dari Bahasa Yunani yaitu kata ethos yang berarti kebiasaan yaitu kebiasaan baik daan buruk. Dalam kepustakaan kamus besar Bahasa Indonesia etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk. Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu system tata nilai  suatu masyarakat tertentu. Biasanya etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat karena yang menjadi standar baik dan buruk adalah akal manusia.

Moral berasal dari Bahasa latin mores yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik dan buruk yang diterima umumnya masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi standar baik dan buruknya suatu perbuatan. Sehingga apa yang baik menurut masyarakat tidak bertentangan dengan moral sebaliknya apa yang tidak baik menurut masyarakat walaupun bermanfaat tetapi juga tidak baik dalam ukuran moral di tempat tersebut.

Perbedaan antara akhlak, moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau standar baik buruknya. Standar baik buruk akhlak adalah al-quran dan as sunah, sedangkan standar baik buruk moral dan etika adalah adat kebiasaan atau kesepakatan  yang berlaku di masyarakat. Standar dan nilai baik buruk akhlak bersifat universal dan abadi, sedangkan standar baik buruk moral bersifat lokal atau temporal. Akhlak islam mempunyai karakteristik sifat tertentu yang membedakan dengan etika dan moral ciptaan manusia. Sifat sifat tersebut adalah :

1. Kebaikannya bersifat mutlak (al- hasanah al-muthlaqah)

2. Kebaikannya bersifat menyeluruh ( al-hasanah al-syamilah)

3. Kebaikannya bersifat langgeng, tetap dan  mantab (al-hasanah al tsabithah)

4. Pengawasan yang bersifat menyeluruh (syumuliyah al-muraqabah)

Akhlak dalam islam merupakan thema sentral ajaran islam dan merupakan tolok ukur keimanan seseorang. Jika islam dapat dikatakan sebagai system maka akhlak islam merupakan sub sistemnya. Karakteristik islam tentunya tidak berbeda dengan karakteristik akhlak islam itu sendiri. Menurut KH. Ahmad Azhar Basir, MA mengemukakan  karakteristik akhlak islam adalah sebagai berikut :

1. Al-akhlak al-rabaniyyah (Akhlak Rabany) yaitu bahwa akhlak islam bersumber kepada wahyu Allah SWT yang termakatub dalam al-quran dan as sunah shohihah sehingga baik buruknya ditentukan oleh Allah SWT bukan manusia.

2. Al-Akhlak  al insaniyah (akhlak manusiawi), yaitu akhlak islam selalu sejalan dan memenuhi fitrah manusia sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Quran surat Ar-Ruum ayat 30

3. Al-Akhlak al-syamilah (akhlak universal) yaitu akhlak islam sesuai dengan  kemanusiaan yang universal dan mencakup segala aspek kehidupan baik dimensi vertikal maupun dimensi horizontal, dimensi spiritual maupun dimensi sosial (lihat QS 2:29, 177 dan QS 6:151-152).

4. Al-Akhlak al-tawazun (akhlak keseimbangan), yaitu akhlak islam berada ditengah antara pandangan yang mengkhayalkan manusia bagaikan malaikat yang menitik beratkan kebaikannya dan mengkhayalkan manusia bagaikan binatang yang menitikberatkan keburukannya. Manusia dalam pandangan islam mempunyai kecenderungan pada keduanya (lihat QS 91:8 dan QS 2: 200-201).

5. Al-Akhlak al waqi’iyyah (akhlak realistik) yaitu akhlak islam memperhatikan kenyataan hidup manusia. Meskipun manusia diciptakan diciptakan sebagai makhluk yang terbaik tetapi juga didapati kelemahan dalam dirinya (lihat QS 2:35-37 dan QS 7: 19-23)

Hamzah Ya’kub etika islam (akhlak) memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.

2. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber baik buruknya perbuatan didasarkan pada ajaran Allah SWT.

3. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif dapat diterima dan dijadikan pedoman seluruh umat manusia di segala waktu dan tempat.

4. Etika Islam mengatur dan mengerahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia.

Hubungan Tasawuf dengan Akhlak

Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah SWT dengan cara mensucikan  hati sesuci sucinya. Allah yang maha suci tidak dapat didekati kecuali oleh orang yang suci hatinya. Berkaitan dengan bagaimana cara mensucikan hati inilah yang menjadi cakupan materi dalam tasawuf. Dalam pengamalannya tasawuf tidak bisa lepas dengan fiqh, sebab fiqh merupakan dhahir ajaran islam sedangkan tasawuf adalah aspek bathiniyahnya. Islam yang sebenarnya adalah harus mampu memadukan dari aspek dhahir dan bathin secara seimbang.

Orang yang suci hatinya akan tercermin dari air muka dan perilakunya yang baik (akhlak mahmudah). Akhlak yang baik sebenarnya adalah gambaran dari hati yang baik karena akhlak merupakan manifestasi/perwujudan dari aqidah seseorang.  Sebaliknya akhlak yang buruk merupakan gambaran dari hati yang buruk pula. Dengan demikian agar seseorang mukmin memiliki akhlak yang baik maka harus mengamalkan tasawuf secara sistematis, yaitu al-wajibaat (melaksanakan semua kewajiban), al-nafilaat (melaksanakan yang sunah sunah) dan al-riyadhoh (latihan spiritual) yang intinya adalah dzikir. Sedangkan secara garis besar ada tiga macam jenis tasawuf, yaitu :

1. Tasawuf Akhlaqi,

adalah tasawuf yang menitikberatkan  pada teori-teori perilaku, akhlaq atau budi pekerti atau perbaikan akhlaq. Dalam tasawuf akhlaqi mempunyai tahapan sebagai berikut:

a. Takhalli, usaha mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela. Salah satu dari akhlak tercela yang paling banyak menyebabkan akhlak jelek antara lain adalah kecintaan yang berlebihan kepada urusan duniawi.

b. Tahalli adalah upaya mengisi dan menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Tahapan tahalli dilakukan kaum sufi setelah mengosongkan jiwa dari akhlak-akhlak tercela. Dengan menjalankan ketentuan agama baik yang bersifat eksternal (luar) maupun internal (dalam). Yang disebut aspek luar adalah kewajiban-kewajiban yang bersifat formal seperti sholat, puasa, haji dll. Dan adapun yang bersifat dalam adalah seperti keimanan, ketaatan dan kecintaan kepada Tuhan.

c. Tajalli, Kata tajalli bermakna terungkapnya nur ghaib. Agar hasil yang telah diperoleh jiwa dan organ-organ tubuh –yang telah terisi dengan butir-butir mutiara akhlak dan sudah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur- tidak berkurang, maka rasa ketuhanan perlu dihayati lebih lanjut. Kebiasaan yang dilakukan dengan kesadaran optimum dan rasa kecintaan yang mendalam dengan sendirinya akan menumbuhkan rasa rindu kepada-Nya.

2. Tasawuf Falsafi adalah tasawuf yang didasarkan kepada gabungan teori-teori tasawuf dan filsafat atau yang bermakna mistik metafisis, karakter umum dari tasawuf ini sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Al-Taftazani bahwa tasawuf seperti ini: tidak dapat dikatagorikan sebagai tasawuf dalam arti sesungguhnya, karena teori-teorinya selalu dikemukakan dalam bahasa filsafat, juga tidak dapat dikatakan sebagai filsafat dalam artian yang sebenarnya karena teori-teorinya juga didasarkan pada rasa. Hamka menegaskan juga bahwa tasawuf jenis tidak sepenuhnya dapat dikatakan tasawuf dan begitu juga sebaliknya. Tasawuf seperti ini dikembangkan oleh ahli-ahli sufi sekaligus filosof. Oleh karena itu, mereka gemar terhadap ide-ide spekulatif. Dari kegemaran berfilsafat itu, mereka mampu menampilkan argumen-argumen yang kaya dan luas tentang ide-ide ketuhanan.

3. Tasawuf Syi’I, Paham tasawuf syi’i beranggapan, bahwa manusia dapat manunggal dengan tuhannya karena ada kesamaan esensi antara keduanya.

Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan Bermasyarakat

a. Akhlak Terhadap Allah SWT

Secara garis besar al-Quran memerintahkan kepada manusia agar beribadah kepadaNya (QS Al-Dzariyat: 56), walaupun tentu ibadah ini bukan merupakan kepentingan  Allah SWT. Seandainya seluruh makhluk hidup beribadah kepadaNya maka tidak akan menambah keagungannya dan sebaliknya seandainya seluruh makhluk hidup membangkang kepada Allah-pun tindakan tersebut tidak mengurangi keagunganNya. Secara garis besar ada beberapa akhlak kepada Allah SWT, antara lain :

1. Beribadah kepada Allah dengan cara melaksanakan perintahNya untuk menyembahNya (lihat 51: 56)

2. Berdzikir kepada Allah dengan mengingat cara mengingatNya di berbagai situasi dan kondisi baik dengan ucapan atau hati (13:28)

3. Berdoa kepada Allah dengan memohon kepadaNya karena pada dasarnya manusia itu makhluk yang lemah dan penuh keterbatasan.

4. Tawakal kepada Allah yaitu berserah diri kepada Allah sepenuhnya karena kewenangan manusia adalah hanya berikhtiar sementara masalah hasil menjadi hak prerogatif Allah (11:123)

5. Tawaduk kepada Allah yaitu rendah hati di hadapan Allah yang maha kuasa karena pastilah Allah memberikan yang terbaik bagi hambaNya. Oleh karena itu kita harus berhusnudhan kepada Allah dan dilarang bersu’udhan kepadaNya.

b. Akhlak kepada Diri Sendiri

Akhlak pada diri sendiri maksudnya adalah memenuhi kewajiban terhadap dirinya sendiri, di antaranya adalah :

1. Mencari Ilmu Pengetahuan

Hal ini dimaksudkan agar agar dengan ilmu pengetahuan manusia dapat meningkatkan kualitasnya sehingga akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. (lihat QS 58: 11)

2. Jujur dan dapat dipercaya

Sifat jujur adalah anugrah Allah yang tiada tara, karena dengan memiliki sifat jujur maka orang akan lebih dihormati dan dicintai orang lain (QS. 9:119)

3. Bersikap sopan santun

   Dengan memiliki sikap sopan dan santun maka manusia akan mendapatkan ketinggian dan kemuliaan (QS. 25:63-77)

4. Sabar dan Tangguh

   Jika manusia diuji oleh Allah maka harus sabar dan tangguh disertai ikhtiar serta memohon  kepada Allah(QS.3:200)

5. Bekerja Keras

Keberhasilan manusia akan sangat dipengaruhi sejauh mana kesungguhan dan kerja kerasnya. Oleh Karena itu hasil akan sebanding dengan usahanya.

Akhlak kepada Orang Lain

 Yang dimaksud dengan cakupan akhlak kepada orang lain adalah akhlak kepada orang tua, tetangga atau masyarakat pada umumnya. Akhlak kepada orang tua pada dasarnya berbuat baik kepadanya (Birrul Walidain) baik dengan ucapan ucapannya atau perbuatannya (QS. 31:14/ 17:24). Berbuat kepada orang tua dapat diwujudkan dengan menghormatinya, menjalankan perintahnya, bertutur kata sopan kepadanya, meringankan bebannya, memenuhi amanahnya dan lain lain.

Sedangkan berakhlak kepada tetangga dapat dilakukan dengan berbuat baik kepada mereka seperti, berbagi makanan, saling membantu jika ada kesulitan,  saling mengingatkan dalam kebaikan, memuliakan mereka dan lain lain. Sementara dengan masyarakat kita bias berakhlak mulia dengan cara membiasakan bermusyawarah dalam setiap urusan, bergaul dengan baik, menyantuni saudara yang kurang mampu, berbuat adil dan lain lain (lihat QS. 4:19/ 17:26/5:8/16:90)

Akhlak kepada Lingkungan

Islam diturunkan ke dunia adalah untuk rahmatan lil ‘alamiin (21:107), misi tersebut tidak terlepas tugas manusia sebagai kholifah di muka bumi yang mempunyai tugas menjaga keseimbangan alam, memakmurkan bumi, mengelola sumber daya alam dengan baik dan lain lain. Memakmurkan bumi adalah mengelola sumber daya alam sehingga dapat bermanfaat bagi manusia dalam batas kewajaran dan menghindari berlebihan ( 11: 61/28:77). Alam dan lingkungan yang terkelola dengan baik dapat memberi manfaat bagi manusia, sebaliknya jika tidak dikelola dengan baik akan memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu manusia harus bisa menjaga dan memanfaatkan alam dengan tetap memperhatikan hak hak alam.  Jika kita bisa bersikap baik kepada alam, maka alam pun akan bersikap baik kepada kita. Sedangkan jika kita bersikap tidak baik terhadap alam maka alam pun akan memberikan hal yang sama kepada kita/manusia.

Pentingnya Etika, Moral dan Akhlak dalam Kehidupan

Pembicaraan etika, moral dan akhlak adalah pembicaraan yang berhubungan dengan perilaku manusia, baik perilaku yang baik ataupun perilaku yang buruk. pada hakekatnya pada ketiganya mempunyai kesamaan kajian, sedangkan yang menjadi pembeda adalah etika dan moral lebih berorientasi pada ukuran/standar manusia baik buruknya (anthroposentris) sedangkan akhlak lebih berorientasi pada nilai nilai ketuhanan (theosentris).

Akhlak di dalam ajaran islam mempunyai kedudukan yang sangat penting, selain sebagai thema sentral ajaran islam karena tidak kurang dari seperempat al-quran berisi tentang akhlak walaupun tidak secara langsung menyebut kata khuluq atau akhlaq itu sendiri. Akhlak juga sebagai tolok ukur keimanan seseorang karena akhlak merupakan manifestasi dari iman seseorang. Akhlak merupakan wujud dari iman seseorang, sehingga jika akhlak seseorang baik maka menunjukkan imannya baik, sebaliknya jika akhlaknya buruk menunjukkan imannya juga buruk.

Berangkat dari hal di atas maka kedudukan akhlak dalam kehidupan (pribadi, masyarakat dan bernegara) adalah sangat penting. Jika akhlak dapat ditegakkan maka in sya Allah semua perangkat kehidupan ini akan baik baik saja, namun jika akhlaknya sudah tidak dapat ditegakkan alias roboh maka tunggulah kehancurannya. Waallahu a’lam.***